“suamimu?”, tanyaku. XXNX Kulepas sepatu, kumasukkan seluruh pakaiannku termasuk dalaman dan kaus kaki ke dalam tas plastik tempat cucian, lalu kutaruh di luar pintu kamar agar besok pagi siap untuk another flight. Kupandangi…, sengaja tak kucium, aku tahu Ana menunggunya. Kuhampiri, kupeluk dia agar agak cepat ketegangannya menurun. “Heh bukan gitu nanyanya”, kataku. Sampai di kamar, jam masih menunjuk pukul setengah lima. Clitorisnya semerah daging babi yang baru direbus, vaginanya banjir bandang, baunya wangi seperti arak cina bercampur wijen.“Akh.., ahhhkk.., iikhh.., Nov.., Nov.., ahhh..”, erangan Ana diikuti gerakan mengejan eksotis di pinggulnya. Rupanya dari para pramugari. “Nov…”
Matanya terbuka menantangku melakukan yang lebih. But it’s true. Sampai di kamar, jam masih menunjuk pukul setengah lima. “Dasar !”, katanya sambil senyum manis.
