“Mila, aku punya hutang pada kawanku. Ah.. XXNX Namun, karena keadaanku juga sangat mendesak, aku memberanikan diri dengan harapan temanku bisa membayar; minimal separuhnya dulu. Gua cuma nyoba aja, barangkali ada,” aku menukasnya, takut membuatnya jadi beban pikiran. “Baik, Bang,” Mila menerima uang itu, lalu ke luar. Bahkan ludahnya malah kusedot dari bibirnya, dan kutelan.Meskipun liang vagina Mila sudah licin, namun penisku tetap agak seret untuk segera menembusnya. Mila terpekik, ketika aku menekan dan memaksakannya sekaligus. Aku memang sangat menginginkan hal itu terjadi. Lalu aku bergerak perlahan, ke luar dari tempat persembunyian, kolong tempat tidur. Kupeluk erat pula tubuh Mila. Kurasakan ada air mata yang mengalir dari kedua kelopak matanya. Hingga suara pintu yang dikunci pun, bisa terdengar dengan jelas.
