“Perjaka. XXNX Tanpa sadar aku mengerang saat jemarinya menempel di selangkanganku. “Tidak, wajahmu barusan, seperti anak kecil yang baru saja memecahkan kaca jendela. Mau memaafkanku?” Ia menatap mataku lama. Ia mengikutiku.“Maaf. Tanpa sadar aku mengerang saat jemarinya menempel di selangkanganku. Saat itu wajahku begitu dekat dengannya, hingga bisa kucium aroma cologne dari lehernya. Aku malu seketika. Kutolehkan kepalaku dan meraih bibirnya. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Kutekan lagi pinggulku lebih kuat. Ia tersenyum menatapku, lalu jemarinya bergerak menuju kancing-kancing bajunya. Katanya, “Mungkin. Teruskan.” Aku tak tahu apa maunya sebenarnya. Tak berapa lama kemudian, alunan instrumental Oriega mengalun. “Tunggu,” katanya sambil tersenyum. Kulihat ia memandangku, masih dengan senyuman di bibirnya. “Wah,” kataku, “aku tak bisa dansa.”
Ia mengangkat tubuhnya dan tersenyum. Hanya sebuah nama, yang dimiliki berjuta-juta orang.
