SebenarnyaIrene kelihatan agak menolak ciumanku, dia pukul-pukul lenganku tapidia tidak berteriak-teriak atau melepaskan ciumanku.Tidakberapa lama, dia mulai menjawab ciumanku. Bokepindo jadi kenangan ruanganini.. Nada kontras itu terdengar bersahutan selama puluhan hitungan dalam detik.Pembacabisa tahu tidak maksudku membuat moment seperti itu tadi? kalo.. Ireneee..! Turun, lalukutendang ban Estilo sablengku itu. “Waduuh.. Irene malahmakin merapatkan kepalaku ke arah vagina basahnya yang lagi berdenyutdan berkontraksi hebat sekali.Sambil terus memberikan kecupandemi kecupan, hisapan demi hisapan yang lembut, aku tidak mau momentyang dia dapat hilang cepat begitu saja. enak aja.. Mereka berdua nih memang benar-benar deh.Lidahkulangsung menyapu ke dalam kewanitaan Lisbeth sambil kusibakkan melebarlabianya (dosa deh buat semua cowok yang hobbynya bikin kendor labiacewek, merusak vagina saja.. “Jadi apaan..? bayar pake ini nih..!” katanya sambil si ‘Allien’ ngepalkan tinjunya ke arah aku.“Aku mau masuk dulu yah, yuk Yan..!”
“Iya
