“Gak tidak sedikit mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 telah cukup..” Ujarku mengawali kembali pembicaraan. Bokepindo “Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif. Peniskupun telah semacam ingin meledak. Tanganya lembut memeluk punggungku. “Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik. Mbak Juminten tetap meperbuat pekerjaanya dengan baik. “Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah. “Mbak..gak butuh takut..mbak dapat minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2. Mbak Juminten keluar kamar berbagai menit kemudian. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku jadi terus keras berdiri, matanya terpejam basah. Namaku Agus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku mengawali karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat.Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil serta asri semi permanen di
