Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah bawah. XXNX Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Tante Dina. Dia diam saja. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, kuperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Karena itu, aku harus putar otak agar ganti dia yang datang ke KotaX, tempat tinggalku. Tenang-tenang menghanyutkan. Selanjutnya aku mulai beraksi erotik. Tante Dina semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Kami terangsang tak karuan. Dia minta ingin segera digenjot di atas ranjang. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap
